BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per
tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan
faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB
hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah
produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak.
Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
1.2 Rumusan
Masalah
a. Produk
Domestik Bruro (PDB)
b. Faktor-faktor
penentu prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia
1.3 Tujuan
Penulisan
a. Mengetahui
apa maksud dari produk domestic bruto
b. Mengetahui
faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia
BAB II
ISI
2.1 Produk Domestik Bruto
(PDB)
Gross
Domestic Product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu negara dalam jangka waktu setahun.
GDP
tidak mempertimbangkan kebangsaan perusahaan atau warga negara yang
menghasilkan barang atau jasa negara tersebut. GDP dihitung berdasarkan nilai
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berdomisili
di negara tersebut, baik pribumi maupun warga negara asing.
Nilai GDP
dapat dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku atau harga dasar yang
konstan. GDP nominal mengukur nilai barang dan jasa akhir dengan harga yang
berlaku di pasar pada tahun tersebut. Sedangkan GDP riil mengukur nilai barang
dan jasa akhir dengan menggunakan harga yang tetap.
GDP yang dihitung berdasarkan pengeluaran terdiri dari empat komponen
utama yaitu konsumsi dinotasikan C, investasi dinotasikan I, pembelian oleh
pemerintah dinotasikan G, dan total bersih ekspor atau ekspor neto dinotasikan
dengan X – M. Notasi X untuk ekspor dan M untuk impor. Ekspor neto (X – M)
menunjukkan selisih antara nilai ekspor dan impor. Bentuk aljabar dari GDP
dapat ditulis sebagai berikut:
Y = C + I +
G + (X – M)
Y = GDP
Konsumsi, investasi, pembelian pemerintah dan ekspor berkorelasi positif
dengan GDP. Sedangkan impor berkorelasi negatif. Setiap kenaikan
komponen-komponen yang berkorelasi positif akan menaikan nilai GDP. Sedangkan
kenaikan komponen yang berkorelasi negatif akan menurunkan nilai GDP.
Setiap kenaikan konsumsi, investasi dan pembelian pemerintah maupun
ekspor cederung meningkatkan nilai GDP. Sedangkan peningkatan impor cenderung
menurunkan GDP. Dengan demikian peningkatan GDP dapat dilakukan dengan meningkatkan
komponen-komponen yang berkorelasi positif dan menurunkan komponen yang
berkorelasi negatif.
Pendapatan pribadi berkorelasi positif terhadap besarnya nilai konsumsi.
Naiknya pendapatan akan meningkatkan nilai komsumsi rumah tangga. Ketika komsumsi
rumah tangga naik, maka GDP cenderung naik. Hal ini menjelaskan bahwa
peningkatan GDP dapat terjadi ketika pendapat pribadi naik.
Investasi dipengaruhi oleh tingkat pengembalian modal dan tingkat bunga.
Para pemilik modal akan berinvestasi jika tingkat pengembalian modal lebih
besar daripada tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi menyebabkan investasi
menjadi tidak menarik atau tidak menguntungkan. Ketika tingkat bunga tinggi
sebagian modal digunakan untuk mencari keuntungan dari tingkat bunga melalui deposito
atau tabungan. Tingkat bunga tinggi pada akhir akan mengurangi jumlah modal
yang diinvestasikan. Jika pengeluaran investasi berkurang, maka GDP cenderung
menurun. Hal ini menjelaskan bahwa ketika tingkat bunga tinggi, dan deposito
lebih menarik bagi para investor, maka GDP akan cenderung turun .
Pembelian pemerintah adalah nilai barang dan jasa yang dibeli oleh
pemerintah pusat dan daerah. Contoh pembelian pemerintah adalah pembelian
peralatan militer, pembangunan sarana umum, jalan, gaji pegawai dan jasa yang
diberikan oleh pemerintah. Pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh pendapatan
pemerintah dari pajak dan pendapatan bukan pajak, seperti perusahaan milik
pemerintah. Jika pengeluaran pemerintah turun, maka GDP cenderung turun. Hal
ini menjelaskan bahwa jika pendapatan pemerintah naik dan pembelian juga naik
maka nilai GDP akan naik.
Karena salah satu pendapatan pemerintah adalah pajak, dan jika
pendapatan dari pajak naik, kemudian pemerintah membelanjakan pandapatan dari
pajak ini, maka naiknya pajak akan cenderung meningkatkam GDP.
Ekspor neto
yang dinotasikan dengan (X – M) adalah neraca perdagangan yang menunjukkan
penerimaan bersih dari transaksi internasional. Perubahan arah neraca
perdagangan akan mempengaruhi perubahan GDP. Nilai impor lebih besar daripada
ekspor menyebabkan neraca perdagangan menjadi defisit. Artinya nilai ekspor
neto adalah negatif. Defisit neraca perdagangan cenderung menurunkan nilai GDP.
Hal menjelaskan bahwa untuk dapat meningkatkan GDP dapat dilakukan dengan peningkatan
ekspor dan penurunan impor.
2.2 Faktor-faktor Penentu
Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
·
Faktor Internal
Krisis ekonomi pada tahun 1998 yang disebabkan oleh buruknya fundamental
ekonomi nasional, serta lambatnya proses pemulihan ekonomi nasional pasca
peristiwa tersebut menyebabkan banyak investor asing yang enggan (bahkan
hingga sampai saat ini) menanamkan modalnya di Indonesia. Kemudian proses
pemulihan serta perbaikan ekonomi nasional juga tidak disertai kestabilan
politik dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial , serta tidak
adanya kepastian hukum. Padahal faktor-faktor non ekonomi inilah yang merupakan
aspek penting dalam menentukan tingkat resiko yang terdapat di dalam suatu
Negara untuk menjadi dasar keputusan bagi para pelaku usaha atau investor
terutama asing, untuk melakukan usaha atau menginvestasikan modalnya di Negara
tersebut.
·
Faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional serta dunia merupakan
faktor eksternal yang sangat penting untuk mendukung proses pemulihan ekonomi
di Indonesia. Mengapa kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
tersebut dinilai penting? Sebab, apabila kondisi perdagangan dan perekonomian
Negara-negara tersebut terutama mitra Indonesia sedang melemah, maka akan
berdampak pula pada proses pemulihan yang akan semakin mengulur waktu dan
akibatnya dapat menghambat kemajuan perekonomian di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
DAFTAR PUSTAKA